Aqidah Islam adalah aqidah yang agung
dan mulia, yang dibangunkan berlandaskan bukti-bukti yang teramat nyata serta
pasti kebenarannya. Kepastiannya mengharuskan umat ini mengambil hujjah dalam
perkara aqidah hanya bersumber pada sumber yang pasti (iaitu Al-Quran dan
Hadith Mutawattir). Kepastiannya dari segi makna mengharuskan penunjukkan dalil
yang dituju dalam teks kalimatnya bersifat pasti. Apabila seorang muslim
berhadapan dengan nash yang bersifat mutasyabihat (tidak dapat dipastikan
makna sebenarnya) maka ia harus tunduk
dengan teks yang ada tanpa memperdebatkannya lagi. Itulah sikap dan pandangan
generasi pertama kaum muslimin.
Aqidah Islam
adalah aqidah yang mudah, tidak berbelit-belit apatah lagi menyulitkan
pemahaman seseorang tatkala mengkaji perkara yang berkaitan dengan aqidah
ini. Ianya juga bersifat luwes dan
mudah untuk difahami. Itulah yang menyebabkan para sahabat generasi pertama
tidak pernah mengeluh tatkala menerima aqidah Islam, dan itu pula yang
menyebabkan mudahnya Islam diterima
oleh seluruh bangsa dan qabilah di seluruh penjuru dunia. Tidak ada satupun
negeri yang bangsanya dikuasai oleh kekuasaan Islam melainkan penduduk tempatan
negeri tersebut berbondong-bondong memeluk dan mengikuti aqidah Islam secara
sukarela dan keyakinan. Itulah manifestasi keindahan Islam yang terbit dari
aqidah yang bersih tanpa pengeliruan mahupun saduran yang lain selain daripada
Islam itu sendiri.
Apabila aqidah
ini dibangun berasaskan keraguan, kesamaran, kesulitan dan keangkuhan ilmu
(kalam), maka umat ini akan mengalami banyak perselisihan dan perpecahan.
Bagaimana mungkin kita membangun suatu peradaban baru saat ini jika landasan
yang kita miliki penuh dengan keraguan, rapuh dan menerbitkan pertikaian di dalamnya
?
Tapi adalah
sesuatu yang malang buat generasi hari ini, akibat perang pemikiran (ghazwah
al-fikr) dan pertembungan kebudayaan antara kaum muslimin dengan peradaban
asing sejak generasi sahabat sehingga saat ini, terutama yang dilancarkan oleh
peradaban Barat saat ini terhadap Islam dan kaum muslimin, meninggalkan kesan
yang amat parah dalam perkara yang berhubung kait dengan persoalan aqidah
mahupun berhubung kait dengan aspek-aspek
kehidupan
muslim yang lain. Nilai-nilai aqidah yang sederhana ini mulai luntur dan pudar
menjadi sesuatu yang rumit dan amat membosankan, tidak jarang bahkan
dicampakkan begitu saja. Bagaimana mungkin umat ini akan bangkit jika tidak
memiliki piawai dan tolok ukur yang kuat, yang jernih lagi bersih, yang lurus
dan digunakan oleh umat Islam untuk memecahkan dan menyelesaikan seluruh
permasalahan yang timbul dalam kehidupan mereka ?
Pelbagai jenis
fahaman dan ideologi seperti Kapitalisme, Sosialisme/ Komunisme, Atheisime,
Sinkrestisme, Nasionalisme, Paganisme dan lain-lain fahaman yang didukung oleh
sarana dan kekuatan dalam bidang material yang luar biasa sedang menghambat,
menghentam, membanjiri negeri-negeri kaum muslimin, melanda aqidah dan
kehidupan umat ini dengan dashyat. Kehadirannya menyebarkan virus-virus kesesatan,
kekufuran, kebencian dan pertikaian di tengah-tengah umat. Tidak cukup dengan
itu, serangan berbahaya lain juga tengah dilancarkan oleh kaum orientalis,
didukung oleh anaknya yang berasal dari putera-putera kaum muslimin sendiri,
bersatu padu meragukan dan membingungkan umat dengan pelbagai lontaran-lontaran
idea dan pendapatnya dalam perkara aqidah. Dengan cara yang lebih halus mereka merendahkan dan mencampuraukkan
konsep-konsep Islam dengan konsep-konsep kufur. Maka tidak asing lagi ditelinga
umat ini keraguan-keraguan yang mereka lontarkan, seperti Al-Quran dengan
kehidupan masa kini, kemampuan syariat Islam dalam memecahkan permasalahan
kehidupan manusia dan istilah-istilah yang lain yang turut menyumbang kepada
proses membingungkan kaum muslimin.
Oleh kerana
itu, sudah seharusnyalah kita mencuba mengangkat mutiara Islam dari benaman
lumpur kehinaan, membersihkan dan menggilapnya kembali akan terus bersinar buat
seluruh umat manusia. Sudah waktunya umat ini mewarisi sikap dan pendirian
serta pola kehidupan para sahabat Rasulullah saw, para Tabi’in dan generasi
sesudahnya dalam memahami aqidah Islam, dalam ketegasan, kelurusan
pandangannya, kejernihan pemikirannya, penuh semangat dan beramal dan berani.
Berani dalam berpendapat dengan disertai dengan hujjah dan argumentasi yang
kuat, jujur dan ikhlas.
Ditangan
Rasulullah saw generasi seperti itu pernah tampil dan ahdir di pentas peradaban
dunia. Meskipun para sahabat tidak pernah mengarang kitab khusus tentang aqidah
islam, namun Al-Quran sebagai wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul_nya telah cukup
menjadi pedoman buat mereka. Dengan dua sumber itu, ianya mampu melahirkan
generasi-generasi terbaik ditengah-tengah umat manusia yang beraqidah tangguh,
cerdas, terampil dan kuat dalam memegang teguh syariatnya. Ketangguhan itu
dibuktikan dengan tercatat dalam sejarah manusia yang tidak akan pernah
dilupakan oleh sesiapapun selama belasan abad.
Bagaimanapun
agar kita tergolong generasi yang pernah dilahirkan oleh Islam pada saat
terdahulu, maka Islam harus difahami sebagaimana generasi sahabat memahami
Islam, iaitu sebagai suatu bentuk sistem kehidupan yang sempurna, yang mengatur
seluruh urusan kehidupan manusia dan bersesuaian dengan fitrah manusia itu
sendiri. Aqidahlah yang menjadi dasar berdirinya sistem itu. Dengan landasan
inilah dibangunkan satu bentuk peradaban yang tangguh, sumber atau pangkal
munculnya seluruh jenis peraturan, undang-undang, norma kebiasaan di
tengah-tengah kehidupan manusia. Pendek kata, aqidah harus dijadikan tolok ukur
bagi setiap individu muslim di mana saja ia berada, apapun persoalan yang
dihadapinya dan apapun keadaannya, hanya aqidah Islam yang mampu memecahkannya dengan cara yang paling sempurna, yang
pastinya memuaskan aqal manusia, mententeramkan hati dan jiwa manusia. Aqidah
seperti inilah yang tengah dinanti-nantikan oleh umat pada saat ini. Lalu,
akankah kita menolaknya setelah jelas hujjah bagi kita ? Dan akankah kita
membiarkan keadaan kita tetap seperti ini, sedangkan kita memiliki suatu aqidah
yang lurus, sederhana dan tangguh, memilki sistem yang benar dan sempurna ? Di
tangan andalah keputusannya.
Semoga Allah
SWT tetap melindungi kita dari seluruh fitnah yang melanda umat saat ini, dan
kepada Allah kita serahkan urusan kita. Allahu ‘alam